3 Mei 2014

Angkutan Umum Impian Kita




Apa kabar para pembaca artikel-terupdate ? Kali ini saya akan memberikan informasi mengenai Terra Motors Corporation (Terra). Terra merupakan Perusahaan kendaraan elektrik yang berbasis di Tokyo, Jepang, perusahaan ini berambisi menggantikan angkutan umum roda tiga konvensional yang saat ini masih banyak digunakan di kota-kota di Asia Tenggara.


Dalam keterangannya beberapa waktu lalu, Terra mulai memproduksi baterai untuk kendaraan elektrik roda tiga buatannya tahun ini sebagai pengganti sejenis tuk tuk di Asia Tenggara.
Terra juga sudah menyiapkan sebuah model kendaraan roda tiga listrik yang disebut sebagai EV Tricycle Taxi.

Menurut Terra, EV Tricycle sangat pantas menjadi pengganti kendaraan transportasi di Asia Tenggara yang masih menggunakan mesin 2-tak yang tak ramah lingkungan dan suara yang dikeluarkan membuat suasana di sekitar kita sangat bising.

Dengan panjang 3,3 meter dan lebar 1,47 meter, EV Tricycle bisa memuat empat orang penumpang (tidak termasuk pengemudi) dengan posisi duduk saling berhadapan. Disokong baterai lithium ion yang bisa diisi penuh dalam dua jam, EV Tricycle mampu menjelajah sejauh 50 km dalam kecepatan 50 km/jam.

Di Indonesia EV Tricycle pantas menggantikan Bajaj dan Bemo yang bereda di Jakarta, atau Bentor yang popular di Medan dan mungkin bisa menggati angkutan umum pete-pete yang ada di SUL-SEL.
Untuk diketahui, sejauh ini Terra akan menjual EV Tricycle dengan harga per unit 6.300 dolar AS atau sekitar Rp 9,7 juta.

Mudah-mudahan yaa, angkutan umum yang lam kita bisa digantikan dengan angkutan umum yang bersahabat dengan lingkungan. 
 
Sumber : http://artikel-terupdate.blogspot.com/2013/04/kapan-angkutan-umum-jadul-kita.html

Musium Tekstil, Cocok untuk Libur Akhir Pekan Anda.

Museum Tekstil di Jalan K.S Tubun No. 2-4, Jakarta Barat. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Suara.com - Jalan-jalan ke museum siapa bilang membosankan?
Untuk mengisi libur akhir pekan ini saya memilih museum sebagai destinasi wisata.
Selain murah, museum adalah tempat yang kaya akan sejarah, pengetahuan dan informasi.
Dari sekian banyak Museum di Jakarta, saya menjatuhkan pilihan untuk pergi ke Museum Tekstil Jakarta yang terletak di Jalan K.S Tubun No. 2-4, Jakarta Barat.
Saat memasuki loket, saya hanya perlu membayar Rp5000. Sedangkan untuk mahasiswa atau pelajar, dikenakan harga tiket masuk Rp3000, sementara anak-anak hanya Rp2000.
Beberapa koleksi kain nusantara yang dimiliki Museum Tekstil. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Beberapa koleksi kain nusantara yang dimiliki Museum Tekstil. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Ketika memasuki ruangan Museum Tekstil, saya langsung melihat pameran berbagai macam kain dari seluruh nusantara. Ruangan ini diberi nama ruang display.
Di ruangan ini saya benar-benar dapat melihat koleksi kain secara lebih dekat.
Ada kain bernama Pua Kumbu asli Kalimantan Barat. Kain ini berjenis ikat lungsi dan tenun sederhana yang berbahan katun. Pua berarti wastra dan kumbu berarti ikat.
Kain ini seperti selimut berukuran besar yang digunakan untuk berbagai keperluan upacara. Di antaranya sebagai hiasan upacara, perintang untuk melindungi tempat upacara, dan selimut anak pada upacara ganti nama dan lainnya.
Kain ini sendiri bermotif geometris yang ragam hias utamanya adalah buaya, sebagai simbol kesuburan.
Ada pula motif yang sudah sering saya lihat jika plesiran ke Bali. Namun ternyata kain ini berasal dari Lombok Nusa Tenggara Barat yang disebut Tapo Subhanale.
Di Lombok, kain ini dipakai sebagai busana untuk perempuan, kain sarung, dodot bagi laki-laki dalam upacara adat.
Beberapa jenis kain tradisional dari berbagai daerah yang dimiliki Museum Tekstil Jakarta. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Beberapa jenis kain tradisional dari berbagai daerah yang dimiliki Museum Tekstil Jakarta. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Selain kedua kain tersebut, ada pula selendang pelangi khas Bali, tapis kaco khas Lampung, Ulos sadum khas Tapanuli, tutup cerano khas Sumatera Barat, dan masih banyak lagi.
Menurut informasi yang saya dapatkan, koleksi di museum ini memiliki jumlah 2350, yang terdiri dari 886 kain batik, 819 kain tenun, 425 campuran, 70 peralatan, 150 busana dan tekstil kontemporer.
Jadi, di museum dengan gaya arsitektur Art Craft ini, kita tak hanya melihat kain khas nusantara, tetapi busana dan perlengkapan khas yang dipakai untuk upacara adat.
Saat saya ke sini, sayangnya beberapa tempat seperti ruang pengenalan wastra, pelatihan workshop dan galeri batik sedang tidak di buka.
Melihat suasana yang sepi dan jarang pengunjung, saya merasa sangat miris. Sekalipun ada yang berkunjung kebanyakan justru wisatawan luar negeri. Sedikit sekali saya melihat wisawatan dari dalam negeri.
Padahal, di tempat ini seharusnya kita benar-benar dapat menggali informasi, mengenal berbagai macam kain dan busana khas nusantara, agar negara lain tidak mengakui sebagai warisan dari bangsanya.
Hanum, pengunjung yang saya temui mengatakan bahwa museum ini sebenarnya menarik untuk dikunjungi. Hanya saja ada beberapa yang perlu diperbaiki agar terlihat lebih menarik.
“Mungkin bisa dibuat lebih menarik lagi untuk generasi muda biar banyak yang datang ke sini. Koleksinya juga bisa di tambah sama pihak museum,” ujarnya.
Sepulangnya dari sana, saya benar-benar merasa bangga. Begitu kayanya bangsa ini dengan kerajinan seni dan adat istiadatnya.
Museum Tekstil ini buka dari Selasa sampai Minggu pukul 09.00 – 15.00 WIB.

Sumber : suara.com

Nasi Kentut? Faktanya disini!

Nama Nasi Kentut tentunya terdengar aneh di telinga Anda. Tetapi pada kenyataannya, Nasi Kentut memiliki cita rasa yang begitu berbeda dengan yang terbayang dari namanya.

Nasi Kentut tentunya bukanlah makanan nasi yang memiliki bau kentut atau dapat mengeluarkan kentut. Bagaimanakah wujud makanan tradisional asal Medan ini?


Nasi Kentut



Nasi ini memiliki tekstur yang pulen serta dilengkapi dengan berbagai rempah-rempah yang bercita rasa gurih yang kemudian dibungkus menggunakan balutan daun sehingga aroma hasil akhirnya akan sangat menggugah selera makan Anda. Ketika akan disantap, Anda akan melihat warna dari nasi tersebut memiliki warna yang kehijauan serta tercium bau yang harum.

Makanan Nasi Kentut biasanya dilengkapi dengan lauk seperti ikan pepes, ayam goreng, tahu atau tempe goreng. Ada juga sambal untuk melengkapi cita rasa makanan tersebut, seperti sambal terasi, sambal goreng, sambal hijau dan pilihan sambal yang lain.

Untuk satu porsi Nasi Kentut, Anda cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 12 ribu saja. Sangat pas untuk Anda yang ingin melakukan jalan-jalan kuliner mencicipi makanan yang unik namun dengan harga yang terjangkau.

Namun pasti masih ada yang terus menjadi pertanyaan Anda, kenapa nasi ini dinamakan nasi kentut? Nasi tersebut biasanya akan dilengkapi dengan berbagai lauk kemudian dibungkus dengan sebuah daun. Daun inilah yang disebut oleh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut sebagai daun kentut.


Daun kentut


Daun kentut justru memberikan cita rasa yang nikmat pada makanan nasi ini. Daun kentut sendiri merupakan tanaman obat yang tumbuh liar, namun memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan, salah satunya adalah melancarkan pencernaan.

Daun kentut dapat digunakan menjadi lalapan atau makanan yang dicampur dengan berbagai lauk. Daun kentut juga dapat dimasak menjadi santapan kuliner yang memiliki cita rasa tinggi.



Sumber :
yukpegi